Peran Muslimah dalam Inovasi Sosial
Peran Muslimah dalam Inovasi Sosial
Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) United Kingdom mengadakan dialektika bertajuk Peran Muslimah dalam Inovasi Sosial pada 1 Mei 2024. Acara ini menampilkan dr. Meralda Nindyasti Eka Budiastutie, CEO Lactashare, dan Nita Yalina, Research Head Entrepreneurships & Innovation IAEI UK.
Acara dibuka oleh Wahyu Saripudin selaku Kepala Pusat Riset IAEI UK yang menekankan pentingnya hubungan antara teori dan praktik dalam inovasi sosial. Dalam diskusi ini, teori dan praktik inovasi sosial dibahas, termasuk bagaimana penelitian lapangan terus dibandingkan dengan teori yang ada untuk menghasilkan teori baru.
Konsep inovasi sosial kini meluas, di mana orang tidak hanya mengejar keuntungan tetapi juga manfaat bagi masyarakat, yang sejalan dengan prinsip kebahagiaan dunia dan akhirat (falah oriented). Perempuan dalam inovasi sosial dikaji dalam artikel "Muslim Businesswomen doing boundary work: The negotiation of Islam, gender and ethnicity within entrepreneurial contexts."
Dr. Meralda mendirikan Lactashare, layanan yang mempertemukan pendonor dan penerima ASI berdasarkan indikasi medis. Hal ini didorong oleh masalah kesehatan ibu dan bayi di Indonesia, seperti tingginya angka kematian ibu dan bayi serta prevalensi stunting. ASI eksklusif dapat mengurangi malnutrisi dan stunting, serta menurunkan angka kematian bayi hingga 88%, sejalan dengan tujuan MDGs dan SDGs.
WHO merekomendasikan hierarki nutrisi bayi yang menempatkan ASI sebagai prioritas utama. Di Indonesia, pemberian ASI langsung melompat dari ASI ibu ke formula, karena sistem donor ASI belum terbentuk. Islam mengakui pentingnya ASI dalam QS. Al-Baqarah: 233, jauh sebelum WHO, dengan fatwa MUI dan hukum terkait mendukung donor ASI.
Lactashare menghadapi tantangan seperti kurangnya model yayasan donor ASI yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam, edukasi masyarakat, dan keterbatasan tenaga IT. Dr. Meralda sebagai Muslimah juga menghadapi tantangan manajemen waktu dan prioritas antara peran sebagai ibu dan inovator sosial.
Nita Yalina menjelaskan bahwa Islam melihat peran perempuan dalam ekonomi memiliki dampak sosial. Inovasi sosial didefinisikan sebagai pengembangan dan penerapan solusi efektif terhadap masalah sosial dan lingkungan. Fokus inovasi sosial adalah dampak, bukan keuntungan.
Inovasi sosial di Indonesia berkembang pesat seiring tingginya kepedulian sosial masyarakat dan berbagai problematika sosial yang dihadapi. Kontribusi dalam inovasi sosial dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang ada di sekitar, mengikuti framework inovasi sosial seperti yang dijelaskan oleh Gianmarco Marinello: Sensing (kepekaan), Idea Generation (menciptakan ide), dan Prototyping (menyelesaikan masalah).
Peran perempuan dalam inovasi sosial telah banyak dikaji, baik secara teori maupun praktik. Tantangan utama Muslimah dalam inovasi sosial meliputi rendahnya partisipasi dalam STEM, bias budaya, dan akses sumber daya. Untuk mengatasi ini, perlu meningkatkan kesadaran masyarakat, mempromosikan kisah sukses, mengurangi bias dan stereotip, serta mendorong partisipasi perempuan dalam STEM dan pemahaman agama yang komprehensif.
Kontributor : Dian Nuriyah Solissa