Dokumentasi Faris Afif saat menyalurkan bantuan Palestina (sumber: dok. pribadi)
Inggris, Sabtu 30 Maret 2024-Perkembangan isu Palestina memberikan secercah harapan. Berdasarkan hasil sidang dewan keamanan PBB pada tanggal 25 Maret 2024 lalu yang menghasilkan resolusi yang menunjukkan posisi Amerika yang memilih abstain setelah sebelumnya selalu memveto & memihak pada Israel. Selain itu, dengan adanya dukungan oleh 14 negara yang setuju atas resolusi gencatan senjata selama Ramadhan, situasi ini berdampak atas pelonggaran keketatan akses untuk masuknya bantuan ke Palestina.
Perkembangan positif ini mendorong IAEI UK untuk mengangkat tema sebuah diskusi melalui instagram live berjudul : “Filantropi Islam: Semangat Ramadhan dan Misi Kemanusiaan Gaza". Acara ini bertujuan mengedukasi masyarakat untuk memaksimalkan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menyalurkan infak terbaik melalui Lembaga filantropi islam untuk membantu Palestina agar dikelola professional dan tepat sasaran.
Acara yang dimoderatori oleh Sabiq Mustafa selaku kepala Riset Pemikiran dan Filosofi Ekonomi Islam, IAEI UK dengan pembicara adalah Faris Afif selaku pegiat Relawan Bantuan Palestina. Acara live instagram yang diikuti oleh sekitar 30 audien ini diawai dengan cerita pengalaman Faris saat berkuliah di Universitas Al Azhar Mesir yang pernah berperan sebagai Volunteer Specialist dalam penyaluran bantuan Palestina bersama Dompet Dhuafa. “Konsep pembagian bantuan Indonesia layak diapresiasi dan jadi contoh negara lain karena telah menerapakan mindset sustainability (keberlanjutan)” ujar Fariz. “Dengan membangun rumah sakit, food bank, peternakan, dll yang memilkii konsep kontinuitas dan jangka panjang, konsep Flantropi Indonesia ini telah menjadi benchmark bagi negara lain dan menginspirasi negara Arab lainnya untuk meniru Indonesia.”
Namun, menurut Faris, hal yang perlu ditingkatkan dari Lembaga Filantropi Indonesia adalah penguatan implementasi undang-undang Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) dan edukasi masyarakat agar target pengumpulan ZISWAF yang seharusnya bisa tercapai. “Indonesia dikenal sebagai negara paling dermawan di dunia bahkan mendapat predikat 6 tahun berturut-turut sebagai negara paling dermawan, sayangnya ziswafnya hanya sekitar 2-5% dari total penduduk muslim yang terkumpul”, ulas Faris.
Selain itu, Faris juga menyampaikan update terkini situasi penyaluran donasi Filantropi Indonesia melalui Mesir. Saat ini, akses bantuan melalui darat hanya bisa diberikan melalui Mesir dengan jenis bantuan yang sangat terbatas. Mesir sedang membatasi NGO yang bisa memberikan bantuan melalui Rafah seperti Palang Merah Mesir, salah satu NGO yang berhasil mendapatkan izin. Namun baru-baru ini NGO Indonesia, MER-C Indonesia, berhasil mengirimkan 11 dokter dan perawat ke Gaza. Sulitnya akses masuknya bantuan ke Palestina juga merupakan dampak dari perjanjian politik Mesir dan Israel dalam Perjanjian Camp David yang ditandatangani pada tahun 1979. Faris menambahkan, ‘bantuan diluar makanan sudah bisa dipastikan tidak bisa masuk”. Bahkan ada Negara Uni Emirat Arab yang mengirim bantuan berupa mesin cuci tidak bisa masuk karena dikhawatirkan diolah menjadi senjata perang oleh orang Palestina saking ketatnya aturan peneyeleksian jenis bantuan yang masuk melalui Mesir.
Bincang instagram live ini ditutup dengan ajakan Faris untuk tidak berputus asa untuk tetap menyalurkan bantuan terbaiknya untuk Palestina kepada Filantropi Islam yang terpercaya dan legal dari pemerintah, terutama i 10 malam terakhir Ramadhan yang memiliki banyak keistimewaan dibanding bulan lainnya serta mengingat urgensi krisis darurat kemanusiaan yang sedang dihadapi Palestina saat ini.
Kontributor: Kemala Putri Ayunda